Jumat, 04 Desember 2015


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transpirasi
A. Faktor dalam adalah:

1.      Penutupan stomata : Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.

 2.     Jumlah dan ukuran stomata : Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.

3.     Jumlah daun : Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.

4.  Penggulungan atau pelipatan daun : Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.
5.      Kedalaman dan proliferasi akar : Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen.

B. Faktor luar adalah :

1.      Sinar matahari Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi .

2.      Temperatur Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada suhu udara. Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas 

3.      Kebasahan udara (Kelembaban udara) Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun. Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi. Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui stomata dengan proses kebalikan transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara
 
4.      Angin Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar . Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air. Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan daun. Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan dengan permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk meningkatkan laju transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi 

5.      Keadaan air dalam tanah Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar. Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak  Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat.
Mekanisme Transpirasi            
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap air dalam jumlah banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun, yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama stomata pada epidermis daun tidak membuka. Aapabila stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata

Senin, 12 Oktober 2015

Gametogenesis - gametogenesis dan tahap pembelahan 

Pendahuluan
            Dalam mempertahankan hidup dan keturunannya hewan dapat berkembang biak yang merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup untuk mempertahankan hidup dan keturunannya. Kemampuan dalam berkembang biak dapat menentukan eksistensi suatu organisme.
            Gametogenesis adalah suatu proses pembentukan gamet atau sel kelamin yang sangat terspesialisasi yang mampu melakukan fertilisasi untuk menjadi individu baru. Gametogenesis juga dapat dikatakan sebagai proses diploid dan haploid yang selnya mengalami pembelahan dan diferensiasi  yang membentuk gamet haploid dewasa.
            Gametogenesis dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting dalam perkembang biakan yang terjadi pada hewan untuk mempertahankan hidup dan keturunannya. Pada proses ini gametogenesis terbagi atas beberapa tahap yaitu proses pembelahan sel secara mitosis dimana pada proses ini sel-sel ini mulai memasuki fase proliferasi shingga jumlahnya bertambah dengan pesat. Tahap berikutnya adalah proses pembelahan sel secara meiosis dimana pada proses ini melalui proses reduksi kromosom gamet, dari diploid (2n) menjadi haploid (n). Tahapan selanjutnya proses pembentukan sel sperma yang disebut dengan spermatogenesis dimana pada proses ini terdapat  sel-sel induk sperma yang bersifat diploid (2n) yang di sebut spermatogonium. Tahapan selanjutnya proses pembentukan sel kelamin betina (sel telur) yang terjadi di dalam ovarium disebut dengan oogenesis.
            Telur mengalami pembagian dan reduksi jumlah kromosom yang samaseperti sperma. Pembelahan pertama menghasilkan sebuah sel yang sangat kecil yang disebut badan polar dan sebuah sel yang besar disebut oosit sekunder. Pembelahan kedua juga tidak menghasilkan sel-sel yang sama, dan dengan demikian hasil oogenesis, atau pematangan telur, adalah satu gamet yang fungsional dan tiga buah badan-badan polar nonfungsional yang kemudian akan luluh (bagi beberapa organisma, badan polar pertama tidak mengalami pembelahan kedua jadi menghasilkan sebuah gamet fungsional dan dua badan polar nonfungsional) (Pai, 1987).


Pembahasan
1.1  Mitosis
            Mitosis merupakan metode pembelahan sel yang terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Seperti pada tumbuhan pembelahan mitosis terjadi pada jaringan titik tumbuh (Meristem), seperti pada ujung akar atau puncak tanaman. Mitosis terjadi hanya pada sel Eukariotik. Pada organisme multi sel, sel somatik yang mengalami pembelaha secara mitosis. Sedangkan pada sel kelamin (yang akan menjadi sperma pada jantan atau sel telur pada betina) membelah diri melalui proses yang berbeda disebut Meiosis.
            Terdapat perbedaan mendasar antara pembelahan mitosis pada hewan dan tumbuhan, pada hewan terbentuk aster dan terbentuknya alur di ekuator pada membran sel pada saat telofase sehingga kedua sel anak menjadi terpisah.
            Pada mitosis, setiap kromosom dalam sel diduplikasi (selama fase S daur selnya) dan satu perangkat lengkap kromosom didistribusikan pada setiap nukleus anak. Sering sel induk membagi diri pada waktu yang sama prosesnya disebut sitokenesis, setiap sel anak menerima salah satu dari kedua nukleus identik yang dihasilkan metosis (kimball, 1990).
            Berbagai kejadian yang terjadi selama pembelahan mitosis dibagi ke dalam empat fase yang berurutan : Profase, metafase, anafase, dan telofase. Masa diantara pembelahan-pembelahan disebut interfase (kimball, 1990). Perhatikan gambar dibawah ini:







Gambar 1 : Tahapan-tahapan pembelahan Mitosis
·         Profase
Pada awal profase, sentrosom dengan sentriolnya mengalami replikasi dan dihasilkan dua sentrosom. Masing-masing sentrosom hasil pembelahan  bermigrasi kesisi berlawanan dari inti (Campbell, 1999).
·         Metafase
Masing-masing sentromer mempunyai dua kinetokor dan masing-masing kinetokor dihubungkan ke satu sentrosom oleh serabut kinetokor. Sementar itu, kromatid bersaudara bergerak ke bagian tengah inti membentuk keping metafase (Campbell, 1999).
·         Anafase
Masing-masing kromatid memisahkan diri dari sentromer dan masing-masing kromosom membentuk sentromer. Masing-masing kromosom di tarik oleh benang kinetokor ke kutubnya masing-masing (Campbell, 1999).
·         Telofase
Ketika kromosom saudara sampai ke kutubnya masing-masing, mulainya telofase. Kromosom saudara tampak tidak beraturan dan jika di warnai, terpulas kuat dengan pewarna histologi (Campbell, 1999).

            Tahap berikutnya terlihat benang-benang spindle hilang dan kromosom tidak terlihat (membentuk kromatin; difuse). Keadaan seperti ini merupakan karakteristik dari interfase. Pada akhirnya membran ini tidak terlihat di antara dua anak inti (Campbell, 1999).
            Sitokinesis. Selama fase akhir pembelahan mitosis, muncul lekukan membran sel dan lekukan makin dalam dan akhirnya membagi sel tertua menjadi dua sel anak. Sitokinesis terjadi karena di bantu oleh protein aktin dan myosin (Campbell, 1999).


1.2  Meiosis
            Meiosis atau pembelahan reduksi adalah pembelahan sel yang menghasilkan sel anakan dengan jumlah kromosom setengah jumlah kromosom sel induk. Pembelahan meiosis sangat penting bagi organisme yang berkembang biak secara seksual, yaitu dalam proses pembentukan gamet (gametogenesis).
            Mitosis menghasilkan sel-sel yang mempunyai jumlah kromosom yang sama persis seperti sel induknya. Hal ini akan menyebabkan timbulnya kesukaran jika sel-sel yang dibentuk tadi harus berfungsi sebagai gamet sperma manusia dengan 46 kromosom bersatu dengan telur yang mengandung 46 kromosom akan menghasilkan zigot dengan 92 kromosom dua kali lipat jumlah biasa bagi spesies itu. Pemkembangan dengan mitosis akan menghasilkan semua sel berurutan dengan jumlah yang baru.dapat segera diketahui bahwa setelah beberapa generasi, maka tidak ada tempat di dalam selnya kecuali bagi kromosom tadi (kimball, 1990).
            Meiosis menyebabkan variabilitas genetik, yang merupakan tonggak reproduksi seksual dalam tiga cara:
1.      Dengan mereduksi jumlah kromosomnya menjadi setengahnya,yang memungkinkan pembuahan dan dengan demikian kombinasi gen-gen yang di turunkan dari dua tertua.
2.      Dengan pilihan acak kromosom-kromosom homolog maternal dan paternal selama meiosis I.
3.      Dengan rekombinasi berbalas segmen-segmen dari kromosom homolog maternal dan kromosom paternal selama alih silang (kimball, 1990).
Pada pembelahan meiosis terjadi dua kali periode pembelaha sel, yaitu pembelahan I (meiosis I) dan pembelahan II (meiosis II). Pada sel hewan terjadi meiosis I dan meiosis II. Pada pembelahan meiosis I dan II, terjadi fase-fase pembelahan seperti pada metosis. Oleh karena itu dikenal adanya profase I, metafase I, anafase I, telofase I, profase II, metafase II, anafase II, dan telofase II. Perhatikan gambar berikut ini :


 






Gambar 2 : profase awal, pertengahan dan akhir.
 













Gambar 3 : Ringkasan sistematik tahap-tahap pembelahan meiosis
Meiosis I di sebut juga pembelahan reduksi terdiri atas empat tahap yaitu profase I, metafase I, anafase I, dan telofase I.  Pada tahap meiosis II berlangsung seperti mitosis, tetapi sel-selnya bersifat haploid (n) menghasilkan 4 gamet. Meiosis II juga berlangsung dalam empat tahap pembelahan, yaitu profase II, metafase II, anafase II, dan telofase II.
1.2.1        Meiosis I
·         Profase I
Leptonema, benang-benang kromatin menjadi kromosom. Zigonema, kromosom yang sama bentuknya atau kromosom homolog berdekatan atau bergandegan. Pakinema, setiap bagian kromosom homolog mengganda tetapi masih satu ikatan. Diplonema, kromatid dari masing-masing belahan kromosom memendek dan membesar. Diakinesis, sentrosom membentuk dua sentriol yang masing-masing membentuk benang glendong pembelahan.

·         Metafase I
Tetrad berkumpul dibidang ekuator
·         Anafase I
Benang glendong pembelahan dari masing-masing kutup menarikkromosom homolog sehingga setiap pasangan kromosom homolog berpisah bergerak ke arah kutub berlawanan.
·         Telofase I
Kromatid memadat, selubung inti terbentuk dan nuklus muncul lagi, kemudian sitokenesis berlangsung.
1.2.2         Meiosis II
·         Profase II
Sentrosom membentuk dua sentriol yang letaknya pada kutub yang berlawanan dan dihubungkan oleh benang gelendong.
·         Metafase II
Kromosom berada di bidang ekuator, kromatid berkelompok dua-dua. Belum terjadi pembelahan.
·         Anafase II
Kromosom melekat pada kinetokor benang gelendong, lalu ditarik oleh benang gelendong ke arah kutub yang berlawanan yang menyebabkan sentromer terbelah.
·         Telofase II
Kromatid berkumpul pada kutub pembelahan lalu berubah menjadi kromatin kembali. Bersamaan dengan itu membran inti dan anak inti terbentuk kembali, dan sekat pemisah semakin jelas sehingga akhirnya terjadilah dua sel anakan.
1.3  Spermatogenesis
            Spermatogenesis ialah gametogenesis pada hewan jantan dan pada laki-laki. Sel-sel primordial diploid di dalam testis membelah secara mitosis berkali-kali dan membentuk yang kemudian membelah secara meiosis. Hasilnya berupa dua buah sel spermatosit sekunder yang masing-masing haploid (ptcp1).
            Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian di simpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terjadi dari sejumlah besar sel germinal yang di sebut spermatogonia. Spermatogonia terletak di dua sampai tigalapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma. Perhatikan gambar dibawah ini :
 


           







                              Gambar 1.3.1 : proses pembelahan spermatogenesis
Hasil akhir dari spermatogensis adalah spermatozoa yang haploid (n), dimana 1 spermatosit primer menghasilkan 4 spermatozoa. Proses ini berlangsung di dalam testis.
Pada manusia yang di maksud dengan spermatogenesis ialah proses pembentukan spermatozoa, yang berlangsung di dalam buah zakar (testis).
Spermatid tidak mengalami pembelahan tetapi mengalami perunahan bentukyang sangat mencolok untuk menjadi sperma.
1.3.1        Spermatozoa
Spermatozoa berasal dari sel primordial yang diploid yang disebut spermatosit primer, yang mengandung 46 kromosom, yaitu 44 autosom dan 2 kromosom kelamin (pada pria berupa kromosom kelamin –X dan –Y). Setelah mengalami pembelahan meiosis maka jumlah kromosom dipisah dan terjadilah dua macam spermatosit sekunder yang haploid. Yaitu yang satu mengandung dua autosom + sebuah kromosom –X dan yang lainnya mengandung 22 autosom + sebuah kromosom –Y. (ptcp2)
Spermatozoa yang dihasilkan tubulus seminiferus akan tertahan di epididimis, dimna ia akan bercampur dengan cairan yang dikeluarkan oleh beberapa kelenjar. Sebelum masuk ke dalam epididimis spermatozoa tidak mampu membuahi sel telur. Setelah melalui epididimis, spermatozoa menjadi aktif. Untuk berlangsungnya spermatogenesis itu testis harus memiliki temperatus 3-40C dibawah temperatur badan (370C) ada yang berpendapat bahwa pakaian pria yang terlalu tebal akan menimbulkan temperatur yang begitu tinggi daripada temperatur normal yang berlaku untuk skrotum sehingga mengurangi jumlah spermatozoa yang dibentuk (ptcp2).
1.4  Oogenesis
            Oogenesis merupakan proses pembentukan sel kelamin betina atau gamet betina yang disebut sel telur atau ovum. Oogenesis terjadi di dalam ovarium. Didalam ovarium, sel induk telur yang disebut Oogonium tumbuh besar sebagai Oosit primer sebelum membelah secara meiosis. Berbeda dengan meiosis I pada spermatogenesis yang menghasilkan 2 spermatosit sekunder yang sama besar. Meiosis I pada Oosit primer menghasilkan 2 sel dengan komponen sitoplasmid yang berbeda, yaitu 1 sel besar dan 1 sel kecil. Sel yang besar disebut Oosit sekunder, sedangkan sel yang kecil disebut badan kutub primer.
            Pada meiosis II dari Oosit dihasilkan dua buah sel tak sama besar, yang besar disebut Ootid, sedangkan yang kecil adalah badan kutub sekunder (ptcp1). Perhatikan gambar dibawah ini :

           






Gambar 1.4.1 : Proses Oogenesis dan ovum

Oogenesis dapat bervariasi berdasarkan cara reproduksi hewannya. Pada spesies yang melakukan fertilisasi dalam reproduksinya di air, jumlah telur yang kemungkinan dilepaskannya dapat berkisar diantaranya ratusan butir telur bahkan sampai ratusan ribu butir telur yang dilepaskannya.
Oogenesis merupakan proses pembentukan dan perkembangan sel ovum. Proses oogenesis dipengaruhi oleh beberapa hormon yaitu :
1.    Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folokel disekitar sel ovum.
2.    Hormon estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormon LH.
3.    Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (proses pematangan sel ovum).
4.    Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH.
(Effendi, 2000)
           
Penutup
Kesimpulan :
1.        Dalam mempertahankan hidup dan keturunannya hewan dapat berkembang biak yang merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup untuk mempertahankan hidup dan keturunannya.
2.        Gametogenesis adalah suatu proses pembentukan gamet atau sel kelamin yang sangat terspesialisasi yang mampu melakukan fertilisasi untuk menjadi individu baru.
3.        Pada proses ini gametogenesis terbagi atas beberapa tahap yaitu proses pembelahan sel secara mitosis, pembelahan sel secara meiosis, spermatogenesis dan oogenesis.
4.        Mitosis merupakan metode pembelahan sel yang terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Mitosis terjadi hanya pada sel Eukariotik. Pada organisme multi sel, sel somatik yang mengalami pembelaha secara mitosis.
5.        pembelahan mitosis dibagi ke dalam empat fase yang berurutan : Profase, metafase, anafase, dan telofase. Masa diantara pembelahan-pembelahan disebut interfase.
6.        Meiosis atau pembelahan reduksi adalah pembelahan sel yang menghasilkan sel anakan dengan jumlah kromosom setengah jumlah kromosom sel induk.
7.        Pada pembelahan meiosis terjadi dua kali periode pembelaha sel, yaitu pembelahan I (meiosis I) dan pembelahan II (meiosis II).
8.        Pada pembelahan meiosis I dan II, terjadi fase-fase pembelahan seperti pada metosis. Oleh karena itu dikenal adanya profase I, metafase I, anafase I, telofase I, profase II, metafase II, anafase II, dan telofase II.
9.        Spermatogenesis ialah gametogenesis pada hewan jantan dan pada laki-laki. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel.
10.    Spermatozoa yang dihasilkan tubulus seminiferus akan tertahan di epididimis, dimana ia akan bercampur dengan cairan yang dikeluarkan oleh beberapa kelenjar.
11.    Oogenesis merupakan proses pembentukan sel kelamin betina atau gamet betina yang disebut sel telur atau ovum.



Daftar pustaka
Campbell, N.A . 1999. Biologi edisi kelima jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Effendi, A . 2000. Anatomi Fisiologi Manusia Paket II. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Kimball, J.W . 1990. Biologi edisi kelima jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Pai, C. Anna . 1987. Dasar-dasar Genetika. Jakarta : Erlangga.

Reproduksi pada Reptilia

Umumnya reptilia bersifat ovipar, walaupun ada sebagian yang ovovivipar. Pada reptilia jantan, alat kelaminnya terdiri dari sepasang testis, epididimis dan vas deferens. Memiliki alat kelamin khusus yang disebut hemipenis dan dikeluarkan melalui kloaka saat kawin. Sedangkan reptilia betina memiliki alat kelamin terdiri dari sepasang ovarium dan oviduk. Telur bermuara di oviduk. Pada reptil ovovivipar telur akan menetas dalam oviduk.






Gambar a. alat kelamin jantan reptil, b. alat kelamin betina reptil
Kelompok reptil seperti kadal, ular dan kura-kura merupakan hewan-hewan yang fertilisasinya terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Umumnya reptil bersifat ovipar, namun ada juga reptil yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan kadal. Telur ular garter atau kadal akan menetas di dalam tubuh induk betinanya. Namun makanannya diperoleh dari cadangan makanan yang ada dalam telur. Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium. Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju kloaka. Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis. Sperma bergerak di sepanjang saluran yang langsung berhubungan dengan testis, yaitu epididimis. Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens dan berakhir di hemipenis. Hemipenis merupakan dua penis yang dihubungkan oleh satu testis yang dapat dibolak-balik seperti jari-jari pada sarung tangan karet. Pada saat kelompok hewan reptil mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.



 








Ovum reptil betina yang telah dibuahi sperma akan melalui oviduk dan pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan dalam lingkungan basah. Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya. Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang berlimpah.
Hewan reptil seperti kadal, iguana laut, beberapa ular dan kura-kura serta berbagai jenis buaya melewatkan sebagian besar hidupnya di dalam air. Namun mereka akan kembali ke daratan ketika meletakkan telurnya.